![]() |
Foto : Penulis |
Masa kecilku, masa kecil kami adalah masa yang begitu kompleks. Masa dimana kami menjadi bandel namun tetap pada batas moral yang berlaku di masyarakat. Masa dimana kami akan melakukan apapun ketika kami bersama. Mengambil mangga, ambil jambu, mandi ke sungai surfing di pantai dengan papan kayu. Begitu indah untuk diingat kembali dan rasanya ingin mengulang masa-masa itu. Tapi tunggu, itu hal yang mustahil.
Dulu, ketika pagi mulai menyapa, sebelum berangkat ke sekolah, kami berbondong-bondong mengurus ayam di kolong rumah masing-masing. Di sekolah kami bermain petak umpet, main kasti, main patung-patungan, panjat pohon bareng dan banyak lagi. Jaman dulu kita sering bolos bareng, namun bolos tidak untuk hal yang sangat negatif. Kami hanya bolos beberapa jam untuk sekedar senang-senang bareng. Loncat bareng di sungai atau nyari kepiting tidak lebih, setelah itu kami kembali kesekolah.
Di lingkungan yang berbeda yaitu di luar sekolah, masih banyak lagi permainan yang kami lakukan. Cukup fariatif dan tiap bulannya ada berbagai permainan yang silih berganti kami lakoni. Ada musim bermain kelereng, tembak-temabakan dengan peluru kabel, pistol dengan bambu, wayang kertas, main benteng dan masih banyak lagi. Rasanya aku ingin kembali ke masa itu.
Habis terang maka timbullah gelap. Terang ku ilustrasikan dengan masa kecilku yang begitu berwarna. Sedangkan gelap ku ibaratkan dengan masa kini yang sangat jauh dari kata bermain bareng, ceria bareng dan senang-bareng. Dulu dan sekarang memang berbeda dan sangat jauh berbeda. Dulu ketika kecil menjadi polos, semuanya seakan baik-baik saja, tak ada masalah, dan tak ada individualis yang begitu menjamur. Sekarang? Sangat miris, melihat perkembangan zaman tanpa filter. Masuknya globalisasi seakan menghantam generasi, menabrak dan menjatuhkannya kedalam jurang tanpa dasar. Dalam sangat dalam.
Tidak ada lagi tawa bersama kawan, yang ada hanya tertawa melongok melihat tik tok. Tak ada lagi main bareng, ambil mangga bareng, ngumpat bareng. Namun yang tinggal hanya begadang melihat orang gendeng. Bnayak yang diracuni, banyak yang tereksploitasi yang semuanya perlu dekonstruksi.
Aku tak ikhlas melihat masa kecilku melayang hanya karena sebuah benda segenggam tangan. Aku tak ikhlas melihat kesenangan ku, kebersamaan ku direnggut oleh teknologi yang katanya mampu memperbudak peradaban. Aku rindu masa kecil ku namun tak mungkin aku mengulanginya. Rindu ini hanya akan terobati ketika melihat generasiku juga merasakan dan melakoni masa kecil yang sama bahagianya dengan masa kecilku dulu. Sekali lagi ku katakan, aku tak rela melihat masa kecil ku hilang.
Penulis : Amar El Real