![]() |
Ilustrasi (foto : hello sehat). |
Merujuk surat As-Syams ayat 8, manusia diberikan dua potensi yaitu buruk/kefasikan (fujur) dan baik (taqwa). Kedua potensi tersebut hampir setiap saat berlomba untuk menjadi pemenang. Pemenang perlombaan tersebut ada yang nampak oleh orang lain, namun ada juga yang hanya diketahui oleh diri sendiri. Momentum ramadhan merupakan arena terbaik untuk memaksimalkan potensi taqwa kita.
Betapa tidak, dibulan ramadhan ini fisik dan batin kita dilatih serta diuji. Ujian yang nampak dan paling rendah adalah menahan makan dan minum alias merasakan lapar di siang hari. Ujian fisik ini dapat menjadi tangga untuk lolos diujian lainnya.
Ketika bicara lapar dan puasa, Ali bin 'Usman Al-Hujwiri dalam Kasyful Mahjub menyampaikan,
meskipun lapar adalah penderitaan bagi badan, ia menyinari hati dan membersihkan jiwa, dan mengantarkan ruh kepada Tuhan. Makan sekenyang-kenyangnya adalah suatu perbuatan layak bagi seekor binatang. Orang yang membina alam ruhaninya melalui lapar dengan tujuan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan akan melepaskan dirinya dari ikatan-ikatan dunia, derajatnya tidak sama dengan orang yang membina badannya dengan cara makan sekenyang-kenyangnya, dan menghamba kepada hawa nafsunya.
Jika menahan makan dan minum menjadi ujian terendah, maka ujian paling tinggi adalah menahan hawa nafsu, indra, hati dan seluruh anggota badan kepada arah yang negatif, dan hanya menjadikan Allah SWT sebagai tujuan utama, sehingga mampu berkomunikasi dan berdialog setiap saat secara intensif dengan-Nya.
Semoga kita semua secara pelan dan pasti mampu berpuasa secara radikal. Amien
Wallahu 'alamu bimurodihi
Tangsel, 2 Ramadhan 1439 H
Penulis : Nurdin Sibaweh