![]() |
Foto : Kondisi pegunungan di wilayah Desa Teta yang gundul akibat pembabatan hutan secara liar. |
"Kami ini adalah korban longsor sudah tiada tempat tinggal dan harta benda dan sebagainya. Tinggal anjing doang," tulis salah satu warga Desa Teta melalui akun Facebooknya @Rinbow Kasipahu.
Tidak hanya Rinbow Kasipahu yang mengungkapkan kemarahannya kepada pemerintah, warga yang lain pun ikut marah dan kecewa dengan pemerintah setempat.
"Hari ini menambah daftar titik baru pergeseran tanah dan longsor yang membuat semakin gelisah daerah retak semakin besar dan membuat tempat hunian semakin dekat pada keambrukan. sampai kapan warga tak terlelap setiap malam karena kondisi semakin memprihatinkan. Semoga kau menyesal karena berbuat keserakahan dan semoga kau mendapat hukuman yang setimpal....leader brengsekkkkkkk.............!!!!!!!!!!!!!!!!!," Tulis Edi, Salah satu warga RT 05 ,RW 02, Dusun Teta 1, Desa Teta Kecamatan Lambitu melakui akun Facebooknya @Edhon Phicilycs.
Berita terkait : Soal Bencana Lonsor dan Tanah Retak, Mahasiswa Lambitu Angkat Bicaca
Sementara itu, pemerintah Desa Teta ketika dihubungi oleh tim Indikator Bima melalui telpon mengatakan, bahwa keretakan dan bencana longsor yang dialami oleh warga Desa Teta sudah berlangsung selama enam hari yang lalu, yaitu sejak hari Rabu tanggal 28 Maret 2018.
"Retakan tanah itu terjadi sekitar 5 hari yang lalu. bahkan setiap hari tanah retak dan tanpa adanya hujan dan petir tanah dengan sendirinya retak," Ungkap Abdul Rahman salah satu perangkat Desa Teta, Senin (05/03/18), kemarin kepada Indikator Bima.
"Sedikitnya sekitar 70 rumah yang terancam sekarang ini. Sebagian besar rumah itu berada di atas retakan tanah," lanjutnya.
Diketahui, selain puluhan rumah warga terancam ambruk, ratusan kuburan juga rusak parah, bahkan tulang maupun kain kafan mayat sudah terlihat, tiang listrik ambruk mengakibatkan listrik di Desa Teta padam.
Sampai dengan berita ini ditulis, belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya tanah longsor dan tanah retak. Namun kuat dugaan, bencana tanah longsor dan tanah retak diakibatkan oleh pembabatan hutan secara liar. Hingga saat ini, warga masih menunggu tindakan serius pemerintah setempat. Minimal melakukan upaya tanggap darurat sebagaimana mestinya.
Reporter : Taufiqurrahman
Editor : Furkan As