![]() |
Foto : Bingkisan hadiah juara satu untuk grup kasidah rebana Desa Londu. |
Beberapa anggota grup kasidah rebana dari Desa Londu mengaku kecewa ketika karya dan kerja keras dirinya bersama teman-teman selama ini, hanya dihargai dengan Jilbab/kerudung bolong dan sobek oleh penyelenggara. Padahal acara tersebut merupakan acara tingkat Kecamatan.
"Masa kami di berikan hadiah jilbab yang sobek. Kami begadang semalaman menunggu giliran, latihan tiap hari, pinjam aksesoris butuh biaya, belum lagi tempatnya jauh, dan anak yang kami tinggal di rumah," ungkap Sukmawati kepada Indikator Bima.
"Ya sudahlah, gak perlu kau risaukan bila hasil kerja kerasmu gak bernilai apa-apa di dunia, yakinlah Allah telah melihat keringat yang menetes dalam peluhmu, telah melihat darah yang menetes dari tubuhmu, dan telah melihat perbuatanmu," ungkap Rahmawati pada status akun Facebooknya @Rahma Ema.
![]() |
Foto : Salah satu jilbab/kerudung yang bolong/sobek pada lingkaran merah. |
"Kalau jilbab yang dikasih itu bolong dan tak layak pakai, berarti bukan penghargaan, bilang saja itu penghinaan, menyedihkan," ujar Afril salah satu pemuda Desa Teta Kecamatan Lambitu.
Menanggapi insiden hadiah "Jilbab zaman now" tersebut, salah satu panitia pelaksana menjelaskan, bahwa anggaran pelaksanaan STQ tingkat Kecamatan Lambitu sangat minim, dirinya mewakili panitia yang lain meminta maaf. Namun, ia juga mengakui bahwa pihak panitia lupa mengecek hadiah yang akan diberikan kepada para juara khususnya juara kasidah rebana.
"Ikut dulu menjadi panitia dengan anggaran minim kami atas nama panitia memohon maaf mungkin dari hadiah ada yang kurang berkenan maklum semua manusia tidak terluput dari kesalahan. Kami lupa mengeceknya dan hanya ini yang bisa kami dengan anggaran yang sangat terbatas tidak sama desa yang ada anggaranya tersendiri," jelas Sahlan melalui akun Facebook @Sahlan.
Pernyataan dari salah satu panitia tersebut dibantah langsung oleh Camat Lambitu yang mengatakan, bahwa anggaran pelaksanaan STQ tingkat Kecamatan Lambitu mencapai angka 21 juta rupiah. Dana tersebut bersumber dari sumbangan dan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat, instansi sekolah, dan donatur-donatur seperti pengusaha, termasuk masing-masing Pemerintah Desa di Kecamatan Lambitu ditetapkan partisipasinya minimal masing-masing satu juta.
"Dana yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan sebesar 21 juta rupiah dari hasil partisipasi dan sumbangan seluruh elemen yang ada di Lambitu, seperti Kepala Unit Pelaksana Teknis, pengusaha bawang, kepala sekolah baik tingkat SDN, SMP, SMA dan Pemerintah Desa Se-Kecamatan Lambitu," ungkap M. Amin, S.Sos Camat Lambitu Kepada Indikator Bima.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan sekertaris Desa Kaboro yang menyatakan, bahwa pihaknya dimintai uang partisipasi sebesar satu juta rupiah.
"Saya kurang tau juga, yang jelas seluruh instansi lingkup Kecamatan semua dimintai dana sifatnya variatif, kalau desa dimintai masing-masing satu juta rupiah," kata Rahmin Usman, SH. kepada Indikator Bima ketika dikonfirsi melalui pesan WhatsApp
STQ yang berlangsung selama 6 hari tersebut, yaitu sejak tanggal 12-16 Desember 2017 diikuti oleh puluhan peserta yang terdiri dari, peserta tartil, kasidah rebana, dan tilawah sebagai perwakilan masing-masing desa (enam desa) yang ada di Kecamatan Lambitu. Khusus juara kasidah dibagi menjadi tiga juara, yaitu juara satu dari grup kasidah rebana Desa Londu, juara dua dari grup kasidah rebana Desa Teta dan juara tiga dari grup kasidah rebana Desa Sambori.
Reporter : Taufiqurrahman
Editor : Muh. Ainul B