![]() |
Foto : Ica menggunakan Rimpu (merah maron) memegang poster biru langit. |
"Jujur saja, sebenarnya rasa canggung dan malu waktu pertama kali memakai rimpu tembe nggoli di aksi damai yang di adakan oleh mahasiswa Bima dan Dompu," kata Ica kepada Indikator Bima.
Awalnya Ica beranggapan, bahwa semua orang akan menganggap dirinya aneh ketika menggunakan hijab kuno ala Bima tersebut.
"Semua orang akan beranggapan saya adalah orang yang aneh dengan memakai hijab kuno ala Bima (rimpu tembe)," ujarnya.
Namun perasaan itu berubah 100% ketika beberapa pemuda asli Bima menengur Ica dengan santun. Sungguh suatu kebahagian tersendiri bagi Ica, karena hal tersebut adalah pengalaman pertama Ica ditegur atau disapa langsung oleh saudara sedaerahnya. Karena saling menyapa dengan sesama ndai Mbojo (orang bima) memiliki nilai persaudaraan dan kekekuargaan tersendiri bagi Ica.
"Menurut saya mulai saat-saat ini pemuda Bima dan Dompu sudah memiliki perasaan percaya diri dan bangga akan tanah kelahirannya, dan kini saya dengan bangga mengatakan saya orang Bima (dou Mbojo) karena mampu menjadi salah satu yang memperkenalkan budaya orang Bima (ndai Mbojo) di tanah Jawa," tutur Ica berbahagia.
![]() |
Foto : Ica bersama mahasiswa Bima dan Dompu menggunakan busana Rimpu pada aksi kemanusiaan bela Palestina di Kota Malang, Minggu (17/13) yang lalu. |
"Semoga kedepannya kebersamaan dan solidaritas yang di bangun melalui aksi ini tidak berakhir begitu saja setelah ini, tapi dapat di pertahankan dan dilestarikan," terangnya.
"Agar Bima dan Dompu tidak di kenal hanya karena tawuran atau kriminalisasinya, tapi juga kerena rasa gotong royo yang selama ini jadi budaya, kita dapat terlestarikan dimana pun orang Bima (ndai Mbojo) berada," tutupnya.
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima yang menggunakan sarung khas Bima. Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”katente” (menggulungkan sarung di pinggang). Sarung yang dipakai ini dalam kalangan masyarakat Bima dikenal sebagai Tembe Nggoli (Sarung Songket). Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima yang dikenal dengan Muna (Wikipedia).
Reporter : Nurmalasari
Editor : Siti Hajar