![]() |
Foto : Penulis |
Nafasku masih terengah, masih terngiang dalam benakku hantaman itu, lalu ku coba membaca dalam tafsirannya, sungguhkah aku belum cukup waktu untuk penantian suksesku. Aku bermunajat mencapai dzatmu, namun aku terjatuh jauh dalam nun, yang kian terhimpit oleh titik dalam kurungannya, namun aku belum mati hanya saja masih terpendam.
Dalam kubangan kenistaan takdir, bukanku menyalahkan kau tuhan bukan ku menyalahkan takdirku, namun nun ku belum belum menjadi ya, dan saat itu terjadi akan ku rubah titik satu menjadi titik dua di bawah kubangan.
dengan lantang suara aku berteriak, bebanku kini sudah menjadi sandaran kaki pada tiap-tiap aliran sungai yang coba menerjang suksesku pada kehancuran. Aku katakan pada diriku sendiri, bersabarlah dalam memikul beban berat batu itu, niscaya batu itulah yg akan menopangmu nanti.
Penulis : Ginanjar