![]() |
Foto : Penulis |
Ada yang menginginkan kita membenci negeri kita sendiri. Kemudian di cap makar, subversif dan diusir dari negeri sendiri seperti pengkhianat. Negeri ini jerih payah para pejuang. Jangan merendahkan apalagi menyakiti teman seiring yang telah berdarah darah dan berniat syahid. Bersyukur kita terbebas dari penjajah kompeni berkalung salib.
Nasionalisme menyusut. Gampang menyalahkan. Dan mencari kambing hitam. Lalu apa yang sudah kita lakukan selain mengeluh dan mengumpat ini itu.
Soekarno dan Hatta diculik segerombolan mahasiswa di Rengas Dengklok. Tepatnya di Pegangsaan Timur Jakarta. Mahasiswa tak sabar. Rangkaian Perjuangan sejak pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin dan para syuhada lainnya mencapai klimaks. Proklamasi tak lagi bisa ditunda.
Naskah proklamasi disusun mendadak. Ditulis tangan dengan beberapa coretan. Singkat dan padat. Suasana mencekam bercampur takut juga cemas. Nyawa taruhannya. Termasuk kegamangan jika keputusan itu keliru.
Chairul Saleh yang memimpin 'penculikan' Soekarno tak beringsut tekadnya sudah bulat. Pergerakan khas gaya mahasiswa. Nekat resiko dipikir belakang. Proklamasi .... tak perlu dikritik kenapa begini atau kenapa tidak begitu laiknya naskah drama.
Lalu apa hak kita mencela dan mengeluarkan kata kata tak patut. Masih ada yang tega bilang kita belum merdeka. Dimana rasa syukurnya. Bahwa keadilan, kesejahteraan belum merata memang ya. Itulah bagian dari rangkaian perjuangan kita yang belum selesai.
Dimanapun di dunia tak ada yang adil sentosa. Semua masih ikhtiar disertai Tawakkal kepada Tuhan ilahi robbi. Kita bersyukur dan terus bekerja. Perjuangan masih panjang belum selesai. Dirgahayu Negeriku.
Aku mencintaimu bersyukur aku tinggal di sini.
Penulis : @nurbaniyusuf Komunitas Padhang Makhsyar