![]() |
Foto : Penulis |
Demokrasi itu mestinya mengutamakan jalur-jalur mediasi, bermusyawarah dan kedamaian. Justru dilakukan dengan kekerasan atau bahkan nyawa yang dipertaruhkan. Inikah pergeseran demokrasi kekinian. Apakah demokrasi hanyalah bungkus yang berisikan kediktatatoran? Atas nama keadilan dan penyelamatan dari tindakan yang tidak semestinya terjadi, teman-teman mahasiswa harus bersatu padu untuk merapatkan barisan, karena "gigitan" kekerasan akan selalu hadir jika tidak dilawan.
Diam tidak lagi emas, bangkit merupakan pilihan, melawan bukanlah kekerasan, tapi atas nama pembelaan. Disanalah letak keseimbangan. Pemukulan atas nama apapun itu tidaklah dapat dibenarkan, karenanya tidak juga dapat dilawan dengan pikiran. Menuntut keadilan itu wajib hukumnya, mahsiswa harus bergotong royong untuk membela rekan-rekanya yang diperlakukan dengan cara-cara tidak beradab. Gerakan mahasiswa harus dibangkitkan, gerakan yang selama ini benci tapi rindu harus dihidupkan.
Rasa 'ngantuk' hingga "tertidurmu" sudah usai, saatnya kau bangun 'cuci muka' lalu berpindah kearah yang semestinya, yaitu keadilan dan pembelaan. Bangunlah karena 'keyakinanmu' sebagai mahasiswa telah digugah. Sadarlah karena kekuatan-kekuatanmu telah dilemahkan, sadarlah karena pikiranmu mau di tiadakan. Kumpulkan segenap kekuatan-kekuatan dan semangat demi membela namamu "Mahasiswa". Karena Negeri ini berasal dari tanganmu, pemimpin berasal dari dirimu dan engkaulah tempat dimana kekuatan Republik ini berada serta engkaulah yang nantinya yang akan mengemban amanah. Bergerak, bergerak dan bergerak
Penulis : Alungsyah, Advokat dan Mantan Aktivis Mahasiswa